Uinvest.com.ua – invest your money to the shares of real businesses

Rabu, 23 Maret 2011

Cerpen Susah Senang Selalu Bersama

            Suasana kelas saat itu sangat ramai bahkan terdengar sampai ke luar. Toni masuk kelas lalu duduk temenung di pojok kelas. Keramaian di kelas itu seolah tidak dihiraukannya, Toni tampak terlihat seperti orang yang sedang kebingungan. Namun , keramaian di kelas itu sontak terhenti ketika guru mata pelajaran jam itu masuk. Toni beranjak lalu duduk di tempat biasa ia duduk.    
  
            Dony teman sebangkunya mulai melihat gerak-gerik Toni yang kelihatan tidak seperti biasanya, tapi dia tidak berani menanyakan apa yang sedang Toni pikirkan karena guru mata pelajaran pada jam tersebut sangat tidak suka bila ada murid yang mengobrol. Pak Yandi memang guru yang sangat tegas disiplin tapi kadang suka bercanda. Sesaat sedang asiknya Pak Yandi menerangkan rumus rumus yang sangat sulit untuk dimengerti, 
tiba-tiba…

  Suara nada panggilan terdengar dari telepon genggam guru.
 “Sebentar ya ada telepon” kata guru tersebut singkat sambil mengangkat telepon genggam nya lalu berjalan keluar.
Sepertinya ada kepentingan yang harus diselsaikan saat itu juga. Guru tersebut bergegas meninggalkan kelas dengan memberi sebuah tugas.
“Kerjakan halaman 44 , bagian A , bapak ada urusan dulu” Guru tersebut berjalan tergesa-gesa meninggalkan kelas.
            Sontak setelah Pak Yandi keluar suasana kelas mulai kembali ramai tidak jauh berbeda kondisinya seperti di pasar. Tetapi Toni tetap terdiam dan bahkan malah melamun.
“Woy Ton , kenapa ?” Tanya Dony dengan wajah polosnya.
Toni hanya bisa menggelengkan kepalanya, pertanda bahwa dia baik-baik saja. Dony semakin penasaran melihat sikap Tony yang sangat aneh pada hari itu.

”Ah bohong kau Ton ?”celetuk Dony.
“Aku lagi bingung Don, jangan ganggu lah” Jawab Toni singkat.
            Toni mulai menceritakan apa yang telah ia alami disaat istirahat tadi.
“Ini masalah Study Tour Don” jawabnya lemas.
Toni yang memang berasal dari keluarga yang kurang berkecukupan memang sulit untuk membayar biaya study tour yang sangat mahal tersebut. Ia bingung harus mencari uang dari mana. 

Kedua orang tua Toni sudah lama meninggalkannya, Ayahnya telah tiada ketika dia masih berseragam putih merah 8 tahun yang lalu. Toni juga belum pernah melihat wajah cantik dan penuh kasih sayang dari seorang ibu sedetik pun, dikarenakan saat ia lahir ibunya langsung tertidur dan tak sadarkan diri lagi. 

Kini Toni hanya tinggal dengan neneknya yang sudah tua renta, namun kepandaian yang dia miliki membuat ia bisa sekolah sampai Sekolah Menangah Atas yang berkelas hanya berbekal dengan sebuah beasiswa dari pemerintah. 

Hal itu dikarenakan disaat masih bersergam putih biru beberapa tahun yang lalu, ia berhasil menjuari olimpiade Sains tingkat SMP se-Nasional. Hasil dari kejuaraan tersebut membuat dia tak perlu mengeluarkan biaya sedikit pun untuk bisa bersekolah di SMA favorit di kota itu dan tak perlu memikirkan biaya lagi karena selama berseragam putih abu dia bebas dari biaya SPP dan biaya buku pelajaran, bahkan seragam pun gratis.

Tapi sayang sekarang beasiswa sudah tidak bisa membantunya lagi, karena study tour tidak termasuk dalam program biaya beasiswa tersebut. Hal inilah yang membuat Toni berdiam diri daritadi.

 Dony yang sudah mengenal Toni sejak lama mulai mengerti lalu terdiam dan tak bertanya apapun lagi.

“Nah kenapa giliran kamu yang diam Don ?” Tanya Toni
“Ah tidak”jawabnya singkat.

Tetttttttt…Tetttttttt…Bel berbunyi dengan sangat keras, suasana kelas yang tadinya ramai mulai sepi dan hanya tinggal Toni dan Dony yang masih enggan beranjak dari tempat duduknya. 

“Solat dulu yuk Ton biar tenang”ajak Dony,
“Yu” jawab Toni. 

Setelah beres solat wajah Toni keliahatan lebih segar dan tidak nampak seperti orang kebingungan lagi. Toni tahu solusi dari semua ini , ia ingat pesan terakhir dari ayahnya “Allah tidak mungkin memberikan permasalahan tanpa ada penyelseainnya” mungkin demikian lah inti pesan terakhir yang masih sangat Toni ingat sampai sekarang.

Toni mulai merencanakan akan berjualan makanan mulai besok, walaupun usaha kecil-kecilan tapi mungkin hanya itulah yang akan membantu dia membayar uang cicilan study tour. Dony juga akan berbaik hati dengan membayar cicilan pertama Toni. Dony yang memang jauh lebih beruntung dari Toni tidak malu untuk tetap berteman dengannya. 

Teman-teman yang lain memang enggan berteman dengan Toni hanya karena status ekonomi semata, tapi itu tudak membuat Dony seperti teman-teman yang lainnya ia malah senang bisa membantu orang yang kurang beruntung darinya dan dia juga ingin agar Toni bisa mengikuti program study tour ini walaupun Dony harus mengeluarkan uang jajannya hanya demi membantu Toni.

Langit mulai menguning kecoklatan, jarum jam tangan milik Dony sudah menunjukan tepat pukul 3 sore.

“Ton, pulang aja yu?”ajak Dony,
“Iyaa yu Don” jawab Toni.
Mereka berjalan berdua menuju parikiran di depan sekolah,
“Aku jalan kaki aja ya Don?” kata Toni ,
“Oooo tidak bisa dong Ton” Jawab Dony. 

Toni pun akhirnya tidak bisa menolak tawaran Dony untuk ikut pulang ke rumah menggunakan sepeda motor milik Dony. Perjalanan pulang terasa cepat bagi Toni mengingat setiap hari ia hanya bisa jalan kaki bila pulang ke rumah.

“Makasih Don” kata Toni
“Iya sama -sama kawan” jawab Dony sesaat sebelum tancap gas dari depan rumah nenek Toni. 

Sesampainya di rumah dia tidak berani cerita kepada neneknya karena dia tidak mau menambah beban neneknya yang sudah sakit-sakitan. Dia lebih memilih menyiapkan pisang untuk dijadikan pisang goreng dan moln dan rencanya besok dia akan berjualan.

Dony yang juga baru sampai di rumahnya langsung berbicara empat mata dengan ibunya. Ia menceritakan tentang Toni yang harus mengikuti program study tour di akhir semester nanti tapi terbentur masalah dana.

Ibu Dony pun langsung merespon dengan baik,
“Lunasin aja cicilannya, tanggung Don , kasian dia.
Kata ibu dengan penuh dengan keyakinan.
 “Yang bener bu?Alhamdulillah” kata Dony dengan wajah penasaran ditambah senang dengan keinginan ibunya.

”Iya” jawab ibu.
 Ibu pun pergi ke kamar untuk mengambil uang cicilan tersebut.
“Nih uangnya, kasih sekarang aja Don” kata ibu sambil memberikan uangnya
“Iya bu, Dony ke rumah Toni dulu ya bu? Assalamu’alaikum” kata Dony sambil memasukan uangnya kedalam tas lalu beranjak ke rumah Toni.

Sesampainya di rumah Toni, dia langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, kemudian ia melihat Toni yang sedang menyiapkan pisang untuk jualan besok.

“Tonn” kata Dony ,
“Eh kapan kamu masuk ?”Tanya Toni ,
“Tadi lah Ton, makanya pintunya kunci dong,” kata Dony
“Eh iya lupa , bentar yah mau masak dulu” kata Toni
Sesaat sedang asik memasak , Dony mengeluarkan uang dalam tas nya lalu memberikan kepada Toni,
“Ini Ton buat bayar cicilan study tour , maaf cumin bisa bantu segitu Ton” kata Dony
“Beneran buat saya Don? Tidak merepotkan kah ?” Tanya Toni
“Ah tidak Ton tenang saja anggap saja itu hadiah ulang tahun mu dari saya” Jawab Dony sambil tersenyum.
“Makasih banyak ya Ton! Aku tak tau harus balas apa sama kamu” kata Toni sambil berurai air mata.
“Ah berterima kasih lah kepada Allah , karena ini semua berkat pertolongan-Nya Ton” Jawab Dony.

Toni pun kini tak perlu pusing memikirkan tentang biaya untuk study tour nanti karena Dony sudah berbaik hati membayarkan seluruh biaya tersebut hanya demi melihat Toni tersenyum bahagia dan tidak termenung lagi.

Itulah gunanya sahabat, disaat senang dia tidak lupa di saat sedih dia selalu ada untuk membuat mu tertawa dan menyelesaikan masalahmu. Susah ataupun senang sahabat akan selalu ada untukmu :')

*SELESAI*

*Cerpen ini diajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran 
Bahasa Indonesia 
*Diseslsaikan dalam kurun waktu hanya satu malam(2jam lebih)
Jadi mohon dimaklum karena ini cerpen dadakan :malu:

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More